Minggu, 25 Oktober 2020

3.5 Teknik Pengujian Logam_P2

                                                         PENGUJIAN LOGAM

A. Jenis-jenis Pengujian Logam
Macam-macam   pengujian   logam   dapat   dikelompokkan   ke   dalam   : pengujian destruktif dan pengujian non-destruktif.
    1. Pengujian Destruktif (Destructive Test – DT)
    Yang dimaksud dengan pengujian destruktif ialah pengujian yang dilakukan sehingga
        menimbulkan perubahan/kerusakan pada bahan uji ( test piece ).
Macam-macam pengujian yang termasuk kelompok ini ialah :
a. Pengujian Tarik
b. Pengujian Tekan
c. Pengujian Pukul-Tarik
d. Pengujian Kekerasan
e. Pengujian Lengkung
f. Pengujian Geser
g. Pengujian Puntir
h. Pengujian Kelelahan
i. Pengujian Mikroskopis
2. Pengujian Non-Destruktif (Non Destruktive Test = NDT)
    Yang dimaksud dengan pengujian non destruktif ialah pengujian tanpa merusak bahan uji.
Macam-macam pengujian yang termasuk kelompok ini adalah
a. Pemeriksaan cacat luar logam dengan Magnitografi dan Dye penetrant.
b. Pemeriksaan cacat dalam logam dengan Ultrasonic dan Radiografi.
        Disamping pemeriksaan  terhadap kekuatan dan cacat dari logam tersebut,  perlu  pula
            diadakan pemeriksaan terhadap komposisi  dari logam tersebut. Pemeriksaan komposisi logam
            dapat dilakukan dalam laboratorium kimia. Pemeriksaan komposisi logam tersebut meliputi:
        -   Pemeriksaan kadar belerang
        -   Pemeriksaan kadar Hidrogen
        -   Pemeriksaan kadar Oksigen
        -   Pemeriksaan kadar Carbon
        -   Pemeriksaan kadar Phospor
        -   Pemeriksaan kadar Mangan
        -   Pemeriksaan kadar Vanadium
        -   Pemeriksaan kadar Magnesium
        -   Pemeriksaan kadar Chroom
        -   dan pemeriksaan kadar dari unsur-unsur lain dari suatu logam
3. Standart
            Cara-cara pelaksanaan pengujian dilakukan mengikuti standar tertentu, demikian juga ukuran-ukuran bahan uji disesuaikan dengan standar yang dipakai. Beberapa standar untuk pengujian logam adalah:
        a.  HCNN (Hoofd Commissie voor de Normalisatie ini Nederland).
        b.  ASTM (American Standard for Testing and Materials).
        c.  DIN  (Deutche Industrie Normen).
        d.  JIS   (Japan Industrial Standard).
        e.  ISO  (International Organisation for Standardization).
        f.   SII    (Standar Industri Indonesia).

B. Pengujian Kekerasan

     Kekerasan suatu bahan adalah ketahanan bahan tersebut terhadap penetrasi. Bahan yang lebih keras akan dapat mengadakan penetrasi pada bahan yang lebih lunak. Dalam hal ini penetrasi adalah : apabila suatu bahan yang keras dibentuk dengan suatu bentuk tertentu kemudian ditekankan pada bahan yang lebih lunak maka bahan yang keras akan masuk (penetrasi) ke dalam bahan yang lebih lunak. Kekerasan suatu bahan tidak ditentukan oleh komposisinya saja tetapi faktor-faktor  lain  seperti heat treatment,  strain  hardening  dan  lain-lain. Faktor mekanis juga memegang peranan yang penting pada kekerasan bahan tersebut. Kekerasan suatu bahan dapat dipakai suatu dasar penentuan sifat-sifat mekanis bahan tersebut seperti : ketahanan terhadap deformasi elastis, goresan, keausan, kikisan dan lain-lain.
Kekerasan suatu bahan dapat ditentukan menurut sifat pembebanannya yaitu:
    a. kekerasan karena pembebanan statis
    b. kekerasan karena pembebanan dinamis
Hal-hal berikut yang harus diperhatikan dalam melakukan pengujian kekerasan:
  • Penekan dan landasan harus bersih dan terpasang dengan baik.
  • Permukaan yang diuji harus bersih dan kering, halus dan bebas dari kotoran.
  • Permukaan harus datar dan tegak lurus terhadap penekan.
  • Tebal  benda  uji  harus  tepat  sedemikian  rupa  hingga  tidak  terjadi gembung pada permukaan dibaliknya. Dianjurkan agar tebal benda uji harus sedemikian rupa minimal 10 kali kedalaman    bekas kedalaman bekas penekanan. Pengujian dilakukan pada bahan yang tebalnya satu jenis. Jarak antara 1 pengujian dengan pengujian berikut harus 3 hingga 5 x diameter bekas penekan
  • Kecepatan  penerapan  beban  harus  sama  dengan  waktu  pemberian beban, baik pada pengujian ke-1 maupun pada pengujian selanjutnya. Bila pengontrolan beban tidak dilakukan secara hati-hati dan teratur, maka dapat terjadi variasi harga kekerasan yang cukup besar, terutama pada bahan-bahan lunak. Untuk bahan-bahan demikian pengembalian tuas beban benar-benar dikembalikan pada posisi yang standar setelah setiap pengujian dilakukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas DPK TSM

 DPK TSM A. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua B. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Pertemuan Pertama Pertemuan ...