Minggu, 07 Februari 2021

Menerapkan prosedur pengoperasian mesin umum_P3

 PENGOPERASIAN MESIN BOR

    Mesin bor (drilling machine) umum digunakan untuk membuat lubang pada benda kerja. Agar mendapatkan hasil benda kerja yang baik dan sesuai dengan standar, maka perlu dilaksanakan urutan proses pengerjaan benda dalam mesin bor tersebut. Proses ini meliputi tata letak (layout), pemilihan mata bor (drill), penyesuaian pemegangnya, pencekaman benda kerja dan perlengkapannya. Tata letak perlu dilakukan secara cermat dan hati-hati dalam menentukan lokasi lubang yang akan dibor, Alat yang digunakan untuk menentukan lokasi adalah: Penggores (scriber), penitik (punch) dan, penggaris siku dan alat bantu lainnya.

A. Macam-macam mata bor dan pemegangnya.

    Mata bor yang digunakan disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan. Secara umum terdapat twist drill, bor senter, reamer untuk melebarkan lubang sampai ukuran yang teliti, konterbor (counterbore), kontersing (countersink), spot face, boring dan tap.

Gambar 1. Mata Bor

    Pemegang mata bor menyesuaikan dengan bentuk dari tangkai mata bor. Mata bor dengan tangkai lurus biasanya berdiameter kecil (kurang dari ½”), digunakan pada mesin bor yang posisinya dapat disesuaikan. Mata bor bertangkai tirus dijepit dengan menggunakan alat pemegang yang mempunyai lubang tirus dan dimasukkan langsung ke dalam poros mesin bor. Alat pemegang ini akan terletak segaris dengan sumbu poros pada mesin bor. Apabila lubang pada poros spindle terlalu besar untuk tangkai tirus, maka solusinya menggunakan suatu sarung. Namun apabila lubang spindle ini terlalu sempit, maka solusinya menggunakan soket untuk menempatkan mata bor, kemudian soket ini dijepit pada poros spindle.
Gambar 2. Cekam Bor

    Benda kerja yang dikerjakan perlu dijepit dan didukung oleh alat pemegang yang benar, dengan cara yang tepat pula. Jika benda kerja yang tidak dicekam dengan baik pada alat penjepit dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan memberikan hasil akhir produk yang buruk dan tidak memenuhi standar.
Gambar 3. Posisi Pengeboran

    Mata potong terdiri dari dua bagian, yaitu bibir pemotong dan sisi pemotong. Bibir pemotong mata bor terdapat dua buah yang terletak antara dua sisi pemotong yang saling berhadapan. Kedua sisi pemotongan ini diasah hingga membentuk sudut yang bervariasi sesuai dengan bahan yang di bor.

Tabel 1. Sudut mata bor
    
    Kecepatan potong ditentukan dalam satuan panjang yang dihitung berdasarkan putaran mesin per menit. Atau secara defenitif dapat dikatakan bahwa kecepatan potong adalah panjangnya bram yang terpotong per satuan waktu. Setiap jenis logam mempunyai harga kecepatan potong tertentu dan berbeda-beda. Dalam pengeboran putaran mesin perlu disesuaikan dengan kecepatan potong logam. Bila kecepatan potongnya tidak tepat, mata bor cepat panas dan akibatnya mata bor cepat tumpul atau bisa patah.

Tabel 2. Standar Kecepatan Potong

    Untuk mendapatkan putara mesin bor per menit ditentukan berdasarkan keliling mata bor dalam satuan panjang . Kemudian kecepatan potong dalam meter per menit dirubah menjadi milimeter per menit dengan perkalian 1000. akhirnya akan diperoleh kecepatan potong pengeboran dalam harga milimeter per menit. Dalam satu putaran penuh, bibir mata bor (Pe) akan menjalani jarak sepanjang garis lingkaran (U).

Dimana: 
U = Keliling bibir mata potong bor
D = Diameter mata bor
P = 3.1 

    Jarak keliling pemotongan mata bor tergantung pada diameter mata bor. Waktu pemotongan juga menentukan kecepatan pemotongan. Oleh karena itu jarak yang ditempuh oleh bibir pemotong mata bor harus sesuai dengan kecepatan putar mata bor. Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling bibir pemotongan mata bor (U) selama n putaran per menit dapat dihitung dengan rumus:  
U = p x d x n

Dimana: 
U = keliling bibir potong mata bor
D = Diameter mata bor
N = putaran mata bor per menit 

    Biasanya kecepatan potong dilambangkan dengan huruf V dalam satuan meter per menit. Jarak keliling yang ditempuh mata bor adalah sama dengan jarak atau panjangnya bram yang terpotong dalam satuan panjang per satuan waktu. Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling yang ditempuh mata potong bor (U) sama dengan panjangnya bram terpotong dalam satuan meter per menit. Berarti kecepatan potong sama dengan jarak keliling pemotongan mata bor. Maka: 
V = U
V= p x d x n (m/menit) 

    Pemakanan adalah jarak perpindahan mata potong bor ke dalam lobang/benda kerja dalam satu kali putaran mata bor. Besarnya pemakanan dalam pengeboran dipilih berdasarkan jarak pergeseran mata bor dalam satu putaran, sesuai dengan yang diinginkan. Pemakanan juga tergantung pada bahan yang akan dibor, kualitas lubang yang dibuat, kekuatan mesin yang ditentukan berdasarkan diameter mata bor.

Tabel 3. Standar Pemakanan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas DPK TSM

 DPK TSM A. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua B. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Pertemuan Pertama Pertemuan ...